Minggu, 22 Februari 2009

UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KEDELAI
DI INDONESIA

Kedelai termasuk komoditas pangan penting di Indonesia. Produk pangan berbahan dasar kedelai seperti tahu, tempe, tauco, dan kecap sudah menjadi makanan sehari-hari bagi masyarakat, dan terbukti memiliki nilai gizi yang baik terutama kandungan protein yang cukup tinggi, serta harga yang relatif murah sehingga terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
Awal tahun 2008, rakyat Indonesia dikejutkan dengan tingginya harga kedelai di dalam negeri, yang semula hanya berkisar Rp 3500,- menjadi Rp 7500,- per kilogram. Hal ini disebabkan naiknya harga kedelai di pasar dunia yang tentu saja akan mengguncang harga kedelai di dalam negeri karena kurang lebih 60% kebutuhan kedelai Indonesia diimpor dari luar. Kebutuhan nasional kedelai dewasa ini mencapai 2,2 juta ton per tahun, sementara produksi dalam negeri baru mampu memenuhi kebutuhan kedelai 35- 40%. Rata-rata produktivitas nasional kedelai saat ini 1,3 ton/ha dengan kisaran 0,6-2,0 ton/ha di tingkat petani, sedangkan di tingkat penelitian sebesar 1,7-3,2 ton/ha, bergantung pada kondisi lahan dan teknologi yang diterapkan.
Rendahnya produksi kedelai dalam negeri disebabkan karena berkurangnya areal penanaman kedelai. Berdasarkan data dari Departemen Pertanian, luas lahan penanaman kedelai pada tahun 2005 sebesar 621.541 hektar dengan produksi sebesar 808.353 ton. Tahun 2006, luas lahan menurun menjadi 580.534 hektar dan produksi pun menurun menjadi sebesar 747.611 ton. Data terbaru hingga September 2007, luas tanam kedelai sebesar 464.427 hektar dan produksi hanya sebesar 608.263 ton. Padahal target pemerintah terhadap luas tanam kedelai di tahun 2007 adalah sebesar 740.740 hektar dengan produksi kedelai sebesar 950.000 ton. Akibatnya, untuk memenuhi konsumsi kedelai di tahun 2007 sebagai bahan baku dari tahu, tempe, dan susu kedelai sebesar 1,9 juta ton, pemerintah masih harus mengimpor sebesar 1,3 juta ton kedelai.
Penyebab berkurangnya areal tanam kedelai antara lain adalah karena harga yang tidak memadai bagi petani. Petani membeli benih kedelai dengan harga lebih dari Rp 6.000/kg, tetapi giliran mereka menjual hasil panennya, hanya dihargai tak lebih dari Rp 3.000/kg, padahal untuk memperoleh keuntungan yang wajar paling tidak harganya harus Rp 4.500/kg. Keengganan para petani menanam kedelai tersebut membuat angka produksi dan konsumsi kedelai nasional tidak seimbang. Untuk mengatasi ketidak-seimbangan antara produksi dan konsumsi kedelai ini, pemerintah dengan kebijakan pasar bebasnya, pada tahun 1999 mulai membuka keran impor kedelai dan menurunkan bea masuk. Saat itu pasar nasional dibanjiri kedelai impor, akibatnya harga kedelai di tingkat petani semakin tertekan, petani banyak yang merugi,sehingga kebijakan tersebut membuat petani semakin berpaling dari budidaya kedelai.
Berdasarkan uraian diatas terlihat jelas bahwa peran pemerintah sangat penting dalam peningkatan produktivitas kedelai. Solusi jangka pendek yang perlu dilakukan oleh pemerintah adalah menstabilkan harga dengan menetapkan harga dasar kedelai sehingga petani tidak ragu-ragu untuk menanam kedelai dan yakin hasilnya akan memberi keuntungan. Sedangkan solusi jangka panjang adalah swa sembada kedelai. Untuk mencapai swa sembada kedelai yang harus dilakukan adalah:
1. Membangun infrastruktur di pedesaan. Saat ini kondisi sarana irigasi seperti waduk, saluran
utama, saluran skunder dan tersier, serta akses jalan produksi usaha tani, sebagian besar
dalam keadaan rusak parah. Pembangunan dan rehabilitasi sarana infrastruktur itu harus
menjadi prioritas utama.
2. Memperluas dan mempermudah akses kredit pada petani.
3. Pemenuhan berbagai sarana produksi yang dibutuhkan oleh petani, seperti benih, pupuk,
obat-obatan, dan alat mesin pertanian. Pemenuhan sarana produksi tersebut harus tepat
dalam hal waktu, jenis, jumlah, harga dan kualitas.
4. Pengembangan riset dan teknologi pertanian dari hulu hingga hilir untuk pencapaian kuantitas
dan kualitas produksi yang lebih baik.
5. Memberikan perlindungan pasar kepada petani. Harga jual yang wajar terhadap hasil panen
merupakan insentif yang berpengaruh paling signifikan terhadap kegairahan petani untuk
menanam komoditas tertentu.
6. Memberikan penyuluhan pada petani sehingga pengetahuan dan kesadarannya tentang
pentingnya teknologi meningkat.
Upaya-upaya diatas diharapkan dapat meningkatkan kemauan petani menanam kedelai sehingga produktivitas kedelai meningkat dan tercapai swa sembada kedelai. Jika swa sembada kedelai sudah tercapai maka tidak perlu lagi impor kedelai dari pasar dunia.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar